Minggu, 06 Mei 2012

KISAH HIDUP


Semoga kisah dibawah ini dapat memberikan kita pelajaran yang berharga dalam menjalani hidup...!

Mungkin inilah kisah yang tidak akan pernah aku lupakan. Aku bekerja dan menetap di salah satu kota di Kalimantan. Aku menikah pada waktu usiaku 26 tahun. Aku bertemu dengan istri yang sangat aku sayangi sekaligus ku kagumi. Ia adalah seorang guru honorer di salah satu Sekolah Dasar di Kotaku. Seperti biasa sebelum ke kantor tempat aku bekerja, aku selalu mengantar keponakanku ke sekolah. Saat itulah aku bertemu dengan sosok wanita cantik yang kelak menjadi istriku. Entah mengapa aku mulai jatuh hati padanya, karena ia wanita tertutup aku mulai mencari tahu tentang dirinya pada teman-temannya sesama guru di sekolah tersebut.
Menurut teman-temannya ia belum punya pacar karena sampai saat ini ia tak pernah sekalipun jalan dengan laki-laki lain. Aku merasa punya peluang yang besar untuk memiliknya. Namun, aku tidak tahu harus bagaimana mengungkapkan perasaanku padanya, karena setiap bertemu ia tak pernah memandangku. Ia selalu menundukkan kepalanya saat aku berpapasan dengannya. Hal itulah yang membuatku semakin penasaran padanya.
Suatu ketika aku bertemu dengannya, dan akupun memberi salam. Ia menjawab salamku tanpa memandangku. Aku lalu memperkenalkan diriku dan tanpa basa-basi lagi ku utarakan maksudku dan perasaanku selama ini. Setelah mendengar apa yang ku katakan, ia hanya menjawab “ kalau mas serius ingin melamarku, ajaklah orang tua mas untuk melamarku”, lalu ia berlalu tanpa melihatku.
Seumur hidup aku belum pernah bertemu dengan wanita seperti ini. Aku adalah seorang pria dengan kehidupan beragama yang biasa saja sedang ia adalah seorang wanita yang taat beragama. Hari itupun tiba, kami menikah dengan tanpa melalui proses pacaran. Setelah menikah, hari-hari ku lalui dengan penuh bahagia. Aku mendapatkan seorang istri yang soleha bahkan ia selalu mengingatkanku agar tidak lupa menjalankan kewajibanku sebagai seorang muslim. Ia melayaniku seperti seorang pangeran, bahkan kami pacaran setelah menikah.
Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepatnya, kami pun diberi sepasang anak kembar oleh Yang Maha Kuasa, seorang anak laki-laki dan perempuan. Karena anak kami kembar aku minta kepada istriku untuk berhenti menjadi guru dan fokus terhadap kedua buah hati kami. Hari-hari berlalu seperti biasa, dan hari itupun tiba. Aku merasa kalau istriku tidak menyayangiku seperti dulu, sepertinya ia lebih mengutamakan kedua anak kami daripada aku. Tapi aku selalu mencoba untuk tidak berpikir demikian, akan tetapi hal tersebut selalu menghantuiku. Dulu ia selalu menyiapkan pakaian dan sarapan sebelum ke kantor. Tapi sekarang ia lebih sibuk mengurus kedua anak kami.
Hingga suatu hari aku berkata padanya kalau ia telah berubah. Aku utarakan semua apa yang ada dalam hatiku padanya. Mendengar ucapanku, ia meminta maaf karena telah membuat hatiku sedih. Ia terlalu sibuk mengurus kedua anak kami sehingga tak sempat memberi perhatian padaku. Sebenarnya aku sangat menyesal mengatakan ini padanya, karena aku tahu mengurusi anak sangatlah susah apalagi anak kami kembar.
Suatu hari aku ditimpa masalah di kantor, sesampainya dirumah aku melihat istriku sedang menenangkan kedua anak kami yang menangis bersamaan. Aku hanya berlalu dan menuju dapur, dan alangkah marahnya aku setelah ku dapati makanan yang tersaji adalah sisa makanan semalam. Aku pergi menemui istriku dan langsung memarahinya. Emosiku tak dapat kukendalikan, aku memaharinya bahkan mengatakan kalau ia istri yang tidak becus.
Ku luapkan semua emosiku padanya, aku juga bilang padanya kalau ia tak mampu mengurusi anak dengan baik. Ia tak  bisa menjadi ibu sekaligus istri yang baik. Aku juga katakan padanya kalau diluar sana ada banyak ibu rumah tangga yaang mampu mengerjakan pekerjaan rumah sekaligus mengurusi anak. Hanya dasar kau memang wanita yang manja, itulah yang ku katakan padanya.
Dengan perlahan ia berkata padaku, “Maafkan aku Mas jika telah membuatmu kecewa. Dan maafkan aku kalau kali ini aku membantahmu. Maaf kalau aku tidak bisa memberimu perhatian seperti dulu. Maaf kalau aku kadang tidak bisa menyiapkan pakaian kerja untukmu. Maaf  kalau aku lebih mengutamakan anak kita ketimbang menyiapkan makan siang untuk Mas. Sebenarnya aku bingung Mas, harus mendahulukan siapa, karena Mas adalah suamiku sedang anak-anak kita juga butuh kasing sayangku. Selama ini mas hanya selalu menyalahkanku tapi tidak pernah membantuku mengurusi anak kita. Sejak pagi anak kita menangis dan badannya panas. Aku sudah menelpon Mas tapi tidak diangkat. Aku khawatir Mas, itulah sebabnya aku belum sempat memasak makan siang untuk Mas”.
Mendengar ucapannya, aku lantas mengatakan kalau tugasku hanya mencari nafkah dan mengurusi rumah dan anak adalah tugas seorang istri. Aku capek mencari nafkah lalu mendapati istri yang tidak becus dalam mengurus rumahtangga.
  Dengan berlinang air mata istriku berkata,” selama ini Mas hanya ingin di mengerti tapi tidak pernah mengerti dengan keadaanku. Kalau aku sedang mencuci pakaian atau lagi masak, dan anak kita menangis, Mas tidak pernah membantuku menenangkan mereka. Mas hanya mengambil bantal dan menutup telinga Mas agar tidak mendengar tangisan mereka. Saat Mas sudah terlelap tidur, aku bahkan masih terjaga karena anak kita menangis. Sebelum Mas bangun aku sudah harus bangun mengurusi anak kita dan menyiapkan Mas pakaian dan sarapan. Disiang hari aku harus mengerjakan semua pekerjaan rumah sekaligus menjaga anak kita. Aku istrimu mas, bukan pembantu dirumah ini. Bahkan Mas tidak pernah menanyakan apa aku baik-baik saja atau tidak, apa aku sudah makan atau belum, apa aku sudah tidur atau tidak, apa anak kita baik-baik saja atau tidak. Bahkan aku tidak tahu kalau aku sudah makan, sudah mandi atau bahkan istrahat dan tidur hanya karena aku sibuk mengurusi anak kita. Tapi, aku tak pernah menuntut apa-apa dari Mas. Aku hanya berharap Mas mengerti dengan keadaanku saat ini yang harus mengurusi anak kita. Maafkan aku Mas jika telah membuatmu kecewa. Jika suatu saat terjadi sesuatu padaku, aku minta agar Mas merawat anak kita dengan baik. Dan jika Mas menemukan wanita yang lebih baik dariku, aku ikhlas Mas menikahinya. Sekali lagi aku minta maaf Mas’’.
Setelah berkata demikian, ku lihat tubuh istriku tiba-tiba mengejang dan dari mulutnya mengeluarkan busa yang sangat banyak. Dan seketika tubuhnya jatuh kelantai, aku sangat kaget dan teriak minta tolong. Saat dalam perjalanan menuju rumah sakit, ia menghembuskan nafas terakhirnya. Aku hanya bisa menangis meratapi kepergiannya. Aku sangat menyesali semua perbuatanku padanya. Aku sangat menyesal karena harus meninggalkan kesan yang buruk padanya saat menjelang  kepergiannya. Aku sangat menyesal karena tidak bisa menjadi suami yang baik dan mengerti posisinya sebagai seorang ibu rumahtangga. Aku sangat menyesal karena tidak pernah sekalipun menanyakan kondisi kesehatannya.
Maafkan aku sayang!, karena harus membuat hidupmu terluka. Semoga engkau bahagia di alam sana. Dan aku memaafkan semua kesalahanmu padaku, dan semoga juga engkau memaafkan semua salahku. Aku berjanji akan merawat anak kita dengan baik. Sekarang aku baru sadari kalau mengurusi anak dan pekerjaan rumah tenyata sangat sulit, bahkan lebih sulit jika dibandingkan dengan pekerjaanku di kantor.

Oleh : Irwanto Jasman.   (29 Januari 2012)                  


Bottom of Form

Tidak ada komentar:

Posting Komentar